Senin, 31 Oktober 2016

MACAM-MACAM TUMPATAN PADA GIGI


Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin




BAB I
PENDAHULUAN




1.1. LATAR BELAKANG
            Teknologi produksi bahan restorasi saat ini berkembang cukup pesat dibandingkan 50 tahun yang lampau. Hal ini membuat para dokter gigi mempunyai banyak banyak pilihan untuk merestorasi gigi berlubang, rusak, patah bahkan yang hilang sekalipun. Para periset terus mengembangkan bahan-bahan, seperti porselen, polimer agar makin mendekati penampakan gigi asli. 
Bahan-bahan baru ini tidak menggantikan bahan-bahan restorasi yang sudah ada selama ini, seperti emas, alloy berbahan dasar logam dan amalgam. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dan keawetan bahan-bahan tambalan tersebut masih diperlukan dalam kondisi tertentu, misalnya untuk menambal gigi belakang yang banyak menanggung beban kunyah.
Kondisi mulut dan kesehatan umum pasien mempengaruhi jenis bahan restorasi yang dipilih, dari segi penampilan, keawetan dan harga. Selain itu di mana dan bagaimana bahan tambalan akan diletakkan, waktu dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk memepersiapkan serta menambalkan gigi juga harus dipertimbangkan dalam memilih jenis bahan tambalan.
Ada 2 macam bahan restorasi gigi, yaitu plastis dan rigid. Restorasi plastis artinya bahan tambalan diletakkan segera ke lubang gigi yang sudah dibersihkan dalam satu kunjungan. Restorasi rigid artinya diperlukan dua atau lebih kunjungan. Pada kunjungan pertama, dokter gigi akan mempersiapkan gigi yang akan direstorasi dan membuat cetakan gigi yang akan direstorasi. Pada kunjungan berikutnya, restorasi yang sudah jadi akan direkatkan pada lubang yang sudah disiapkan.
Akan tetapi, dokter gigi kadang menghadapi kendala menentukan restorasi yang tepat untuk gigi tersebut. Beberapa peneliti mengatakan bahwa kegagalan pada perawatan mungkin masih bisa diperbaiki dengan perawatan ulang tanpa harus melakukan pencabutan, namun bila kegagalan terjadi pada restorasi dapat menimbulkan banyak masalah, bahkan dapat menyebabkan gigi terpaksa harus dicabut.

1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud restorasi gigi?
2. Apa saja macam-macam restorasi gigi?
3. Kesalahan-kesalahan apa saja yang menyebabkan restorasi mengalami kegagalan?

1.3. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui defiinisi restorasi gigi
2. Mengetahui macam-macam restorasi gigi
3. Mengetahui kesalahan-kesalahan yang menjadi penyebab restorasi mengalami kegagalan




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi restorasi gigi
            Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi. Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi dan erosi.
 2.2 Macam-Macam Restorasi Gigi
            Restorasi terbagi menjadi 2 macam yaitu:

A. Restorasi plastis
            Bahan restorasi plastis adalah bahan tumpatan yang sebelum dimasukkan kedalam lubang gigi masih bersifat cair/lunak, namun setelah beberapa waktu akan mengeras dalam rongga mulut baik itu pengerasan secara kimia maupun melalui proses penyinaran dengan lampu khusus (light curing unit).

a)      Amalgam
Restorasi amalgam merupakan paduan logam (aloy) dengan komposisi terdiri atas merkuri (air raksa atau Hg), Perak (Ag) 35%, Timah Putih (Sn) 14%, seng 0-1% dan Tembaga (Cu) 0,3%, serta beberapa elemen tambahan yang akan meningkatkan sifat fisik dan mekanik bahan. Hal yang unik dari restorasi amalgam adalah pada awal pencampuran metal dengan merkuri mempunyai konsistensi seperti pasta, yang akan mengeras dalam mulut setelah melalui rangkaian reaksi kimia yang menjadi massa paduan logam yang stabil.
Sifat logam Ag dalam amalgam membentuk senyawa logam dan merkuri, meningkat pemuaian, meningkatkan waktu pengerasan, menambah kekuatan dan meningkatkan resistensi terhadap karat. Aloi dengan jumlah perak yang tinggi membuat amalgam amat keras, tapi cepat berubah warna menjadi hitam.
Tembaga (Cu)  bersifat menambah kekuatan dan kekerasan, meningkatkan pemuaian saat pengerasan tetapi menurunkan kelenturan. Aloi dengan jumlah Cu lebih banyak bersifat mengurangi disklorasi, proses karat sangat sedikit, menambah keras amalgam, dan secara klinis menjadikan tambalan lebih baik.
Timah putih (Sn) bersifat menurunkan pemuaian saat pengerasan dan membentuk anti-merkuri, mengurangi sifat ekspansi amalgam. Seng mempunyai sifat mengurangi oksidasi dalam campuran aloi dan mempercepat reaksi, pembersih dan mengurangi oksidasi. Merkuri berfungsi mengubah bentuk cair menjadi padat dan komponen intermetal dalam keadaan stabil.
Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.
amalgam.jpg (318×158)
                                      
b)     Resin Komposit
Resin komposit ialah tumpatan pada generasi ke 60-an, dan secara umum dikenal sebagai bahan tumpatan kosmetik dentis.5Komposit merupakan salah satu bahan tumpatan yang dapat memenuhi permintaan pasien mengenai estetika, karena dapat disesuaikan dengan warna gigi.
Bahan resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan partikel anorganik sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan, dan agar dapat berikatan dengan baik. Bahan tumpatan resin komposit ini paling sering digunakan dan memiliki biokompabilitas yang tinggi.
Bahan resin komposit ini biasa digunakan untuk menumpat gigi anterior, memperbaiki gigi yang patah, melapisi permukaan gigi yang rusak, atau menutup warna gigi yang berubah karena obat-obatan antibiotik tertentu misalnya tetrasiklin.
Resin komposit juga memiliki sifat antara lain sifat fisik, sifat mekanis dan sifat khemis. Sifat fisik resin komposit diantaranya dari warna resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Sifat fisik tensile strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal.

c)      Glass Ionomer Cement (GIC)
Glass Ionomer Cement (GIC) pertama kali dikenal dalam profesi kedokteran gigi sekitar 30 tahun yang lalu. Glass Ionomer Cement adalah bahan tambal sewarna gigi yang komponen utamanya terdiri dari likuid yang merupakan gabungan air dengan polyacid (Asam poliakrilat, maleat, itakonat, tartarat) dan bubuk berupa fluoroaluminosilicate glass. Material kedokteran gigi yang salah satunya bisa digunakan untuk bahan restoratif. Bahan ini bersifat antikariogenik oleh karena mampu melepaskan flourida, mempunyai thermal compatibility dengan enamel gigi, serta mempunyai biocompatibility yang baik.

B. Restorasi rigid
Bahan restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal, intrakoronal dan interadikuler.

I. Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau complete crown. Complete crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli. Terdapat berbagai jenis complete crown,
diantaranya:
A. All metal crown
     Mahkota ini sering di sebut dengan mahkota luang penuh atau full cast crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari logam campur yang di tuang.
Image result for all metal crown
B. All ceramic crown (mahkota porselen)
     Merupakan bidang ilmu paling cepat perkembangannya dalam bahan kedokteran gigi. porselen umumnya di gunakan untuk memulihkan gigi yang rusak atau pun patah dikarenakan faktor estatiknya yang sangat baik resistensi pemakaian, perubahan kimiawi yang lambat,dan konduktititas panas yang terendah. Terlebih lagi, porselen mempunyai kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur gigi.
Image result
C. Porcelain fused to metal
     Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restrorasi akhir pasca perawatan saluran akar karena mampu memberikan  keuntungan ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari segi astetik. Lapisan logam sebagai subsrtuktur mahkota jaket porselen fused to melal akan mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat getas (brittle) dari bahan porselen di atasnya sehingga porselen, memiliki kerapatan tepid an daya tahan yang baik sementara lapisan porselen akan memberikan penampilan yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang direstorasi dengan mahkota porselen fused to metal tingkat keberhasilan perawatannya tinggi.
Image result for Porcelain fused to metal


II. Restorasi Intrakoronal
A. Inlay dan Onlay Logam
     Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian cusp atau tambalan yang berada di antara cups. Sehingga ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cups atau lebih dari 2/3 dataran aklusal karena sisa jaringan makanan gigi yang tersisa sudah lemah.
Image result for Inlay dan Onlay Logam

B. Inlay dan Onlay Porselen
     Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi gigi posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan resin komposit.9 Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika
sudah berikatan dengan permukaan email akan menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.
Image result

C. Inlay dan Onlay Komposit (indirect)
     Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect (tidak langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk tambalan inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan keramik, sebab kekerasan bahan keramik menyebabkan kesulitan apabila diperlukan penyesuaian oklusal atau kontur, mudah pecah saat pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator. Sedangkan resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat dibuang hanya dengan menggunakan hand instrument.
Indikasinya:
-menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik terutama pada restorasi gigi posterior
-memperbaiki restorasi yang tidak sempurna atau kurang baik
-fraktur yang terlalu besar dan apabila pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi.
     Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan pembentukan kontur anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara indirect resin komposit adalah adanya ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting cement). Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna dari semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut
Image result

D. Indirect Komposit Inlay dengan Fibers
     Untuk gigi dengan restorasi yang besar denngan sedikit enamel tersisa, fibers dapat digunakan sebagai bahan dasar pada veneer komposit. Pertimbangan paling penting untuk mencapai daya tahan klinis yang lama pada resin inlay yang dibuat melalui tahap laboratosis adalah penguatan gigi. Untuk menguatkan resin komposit, penambahan fibers digabungkan ke dalam matriks resin, selama pembuatan dan sebelum proses curing

E. Mahkota ¾
     Disebut mahkota tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi, hanya 3 permukaan yang ditutup oleh mahkota.Bagian yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau bukal.Mahkota sebagian terutama dipakai sebagai retainer jembatan.Preparasinya memerlukan pembuangan jaringan gigi yang jauh lebih sedikit dibandingkan untuk mahkota penuh.Mahkota tiga per empat dapat merupakan retainer yang baik pada gigi jika:
Macam –macam restorasi rigid…(Dwi WAF)
1. Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis, maupun estetis.
2. Cukup tebal untuk membuat parit–parit proksimal untuk memberi retensi.
3. Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, dan besar.
4. Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).
5. Gigi-gigi yang cocok untuk dibuat mahkota tiga per empat adalah incisivus sentral, premolar rahang atas, caninus dan premolar kedua rahang bawah. Pada gigi ini terdapat permukaan proksimal yang cukup lebar untuk dibuat parit sebagai retensi.
6. Sebagai retainer untuk short span bridge.


III. Restorasi Intradikuler
A. Mahkota Pasak
     Kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior maupun anterior yang cukup parah akan menimbulkan masalah retensi, permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan pasak. Pada kebanyakan kasus gigi sudah dirawat saluran akar, khususnya pada gigi-gigi dengan saluran akar tunggal yang lurus. Keadaan ini sebaiknya harus diantisipasi terlebih dahulu  sebelum melakukan pengisian saluran akar, sehingga dapat digunakan teknik pengisian yang memungkinkan untuk membantu retesi.
     Pasak adalah suatu prosedur untuk membangun kembali suatu gigi yamg bertujuan menyediakan dukungan yang sesuai untuk suatu mahkota. Pasak seperti jangkar untuk menempatkan mahkota.Pasak ditempatkan di dalam akar gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar.Terdiri dari poros dan post/tonggak yang disementasi pada saluran akar. Bagian yang lain berupa jacket crown atau veneer crown atau cast gold crown.Indikasinya:gigi pasca perawatan endodontia,memperbaiki inklinasi gigi. 
Kontraindikasinya: 
-jaringan yang mendukung gigi tidak cukup
-OH buruk
-dinding saluran akar tipis
-resorpsi procesus alveolaris lebih dari 1/3
-pasak juga bisa dilakukan pada gigi posterior.

B. Mahkota pasak fiber reinforced composite.
    Pemilihan jenis pasak yang digunakan penting untuk mendapatkan retensi yang maksimal dengan menghilangkan seminimal mungkin struktur jaringan gigi. Akhir-akhir ini, jenis pasak yang digunakan untuk retensi gigi yang telah dirawat saluran akar telah mengalami perubahan dari bahan yang kaku (pasak metal dan zirconium) menjadi bahan yang memiliki karakteristik mekanis menyerupai dentin (pasak fiber dan resin komposit), karena kegagalan restorasi dengan retensi intraradikuler dapat terjadi karena fraktur pasak, kehilangan retensi dan fraktur mahkota serta akar, sehingga gigi akhirnya harus diekstraksi.
    Pasak metal digunakan untuk menahan inti, menggantikan struktur gigi yang hilang dan ditutup dengan mahkota penuh, tanpa memperhatikan estetik. Sejalan dengan meningkatnya segi estetik, restorasi pasak dan inti sewarna gigi menjadi pilihan untuk restorasi gigi non vital. Pasak fiber dapat dilekatkan pada dentin saluran akar dengan menggunakan semen resin. Pasak fiber terbuat dari serat serat karbon, kuarsa, silica,zirkonia atau kaca dalam satu matriks epoksi resin.
    Secara kimia, pasak fiber sesuai dengan bahan dasar resin yang digunakan untuk sementasi yaitu Bis- GMA.1 Pasak ini terbuat dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh matriks resin polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen resin dapat berikatan dengan pasak jenis ini. Scanning electron microscope (SEM) menunjukkan pembentukan lapisan resin tagshybrid. Bonding yang baik akan meminimalkan efek ungkitan di dalam saluran akar sehingga dapat digunakan pasak dengan ukuran lebih pendek dan diameter lebih kecil.




 Jenis Restorasi Rigid

1. INLEI merupakan tumpatan intrakoronal yang dibentuk di luar mulut dengan cara membuat model malam terlebih dahulu, kemudian dibuat dari logan atau bukan logam (porselin/akrilik) dan disemenkan pada kavitas yang telah dipreparasi. Indikasi inlei adalah karies luas tidak mungkin direstorasi amalgam kavitas kurang dari 1/3-1/2 antar tonjol gigi, resistensi tonjol gigi yang ada masih kuat.

2. ONLEI merupakan restorasi tumpatan tuang yang tersiri dari sebagian intra koronal dan sebagian ekstra koronal dengan tujuan untuk melindungi tonjol gigi. Indikasi onlei adalah lebar kavitas lebih dari 1/3-1/2 jarak antar tonjol gigi dan perlindungan tonjol diperlukan. Ratio panjang oklusoginggival : lebar tonjol palato/ linguobukal 1:1 tetapi tidak mencapai 2:1 perlindungan tonjol dipertimbangkan. Ratio panjang oklusoginggival : lebar tonjol lingual bukal lebih dari 2:1 perlindunan tonjol diharuskan (Bakar,2011).

Sedangkan tahapan pembuatan inlei dan onlei adalah sebagai berikut:

   1. Preparasi
           Pada tahap ini dilakukan preparasi sesuai bahan dan pembuatan yang dilakukan.  Untuk inlei/onlei emas dan logam menggunakan bevel chamfer, sedangkan untuk  inlei/onlei porselein dan komposit bevel selain chamfer
   2. Pencetakan
           Ada dua macam pencetakan, yaitu direct dan indirect. Untuk yang direct dilakukan dengan menggunakan malam yang dipanaskan (kavivtas diolesi vaselin atau varnish terlebih dahulu) atau menggunakan self cure acrylic. Untuk yang indirect, dengan menggunakan bahan cetak double impression. Untuk direct composit tidak perlu dilakukan pencetakan. Karena onlei atau inlei langsung dibuat di dalam mulut, dengan cara sebelum komposit di manipulasi manjadi inlei/onlei, gigi diolesi varnish /caseline terlebih dahulu.
  3. Tumpatan sementara
           Lebih baik menggunakan seng okside eungenol. Pada pembuatan direct composit tidak dilakukan tahap ini.
  4. Sementasi
           Sebelum dilakukan sementasi, dilakukan try in terlebih dahulu. Kemudian dilakukan sementasi bisa menggunakan semen polikarboksilat dan semen seng fosfat untuk bahan emas, logam dan SIK tipe 1 untuk porcelain dan resin komposit. Bevel dibuat untuk mendapatkan kekuatan tepi, melindungi prisma email, dan mendapatkan hubungan tepi yang baik. Ada beberapa macam bevel yang dapat dibuat saat melakukan preparasi inlei ataupun onlei yaitu:
           a. Slight bevel: pengurangan sedikit pada email biasanya untuk restorasi resin komposit.      
           b. Short bevel: pada email sudut 45 derajat untuk inlei logam.       
           c. Long bevel: sampai dentino enamel junction sudut kurang dari 45 derajat untuk inlei logam. 
           d. Full bevel: sampai dentin pada dasar kavitas untuk inlei akrilik dan porselin

3. Mahkota Penuh
            Mahkota adalah restorasi rigid sebagian/ seluruh mahkota yang disemenkan. Rekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya lebih besar daripada gigi yang sehat.
Indikasi: 
1.      Gigi vital/ non vital
2.      Sudah tidak bisa ditambal lagi
3.      Karies yang meluas sampai menghilangkan cusp gigi
4.      Jaringan periodontal sehat
5.      Tidak ada riwayat alergi pada bahan mahkota pasak
6.      Gigi antagonisnya masih bagus sehingga tidak menjadi iritasi pada bagian mukosa palatal.
7.  Retensi pada gigi yang akan diberi mahkota masih baik dalam artian masih mampu menerima beban mahkota pasak itu sendiri
8.      Akar gigi masih bagus.
Kontraindikasi:
1.    Karies pada gigi masih belum meluas masih tergolong pit dan fissure
2.  Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota karena adanya periodontitis kronis
3.    Tidak adanya gigi antagonis sehingga menyebabkan mukosa palatal iritasi
4.    Gigi yang akan dibuatkan mahkota masih vital artinya tidak sampai perforasi.
5.    Kondisi gigi pada lengkung rahang tidak crowded.


2.3 Kesalahan-Kesalahan Yang Menjadi Penyebab Restorasi Mengalami Kegagalan
       1. Tidak mengikuti perencanaan perawatan.
       2. Tidak menyediakan waktu yang cukup.
       3. Mikroorganisme yang masih menempel pada gigi
       4. Membiarkan gigi terbuka.
       5. Tidak ada catatan yang akurat.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan 

1Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi dan erosi.
2. Jenis bahan restorasi gigi terbagi menjadi 2 yaitu restorasi rigid dan restorasi plastis.
3. Restorasi rigid dan plastis adalah bahan restorasi yang sering dipakai dan memiliki beberapa macam jenis.
4. Kegagalan restorasi dapat terjadi karena berbagai faktor baik dari pihak internal maupun ekstrenal

3.2 Saran
Keberhasilan proses restorasi berdasarkan sebagian pada latar belakang ilmiahnya, tetapi juga pada kepandaian subyektif dari si dokter gigi. Dokter gigi akan melakukan seleksi dibawah pengaruh beberapa faktor seperti kemudahan manipulasinya, waktu yang digunakan, pemilihan bahan restorasi yang sesuai dengan masalah. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, dokter gigi harus dengan hati-hati memadukan informasi ilmiah yang ada dengan kemampuan artistiknya.




REFERENSI



Aprillia, Linda Rochyani, ErryRahardiartoPengaruh Minuman Kopi Indonesia Jurnal of Dentistry 2007;14(3) : 164-170

drg. Hj. Saluna Deynilisa, M.Pd Ilmu Konservasi Gigi. 2015. Jakarta : EGC

Dwi Warna Aju FatmawatiMacam-Macam Restorasi Rigid Pasca Perawatan EndodontiaStomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No. 2 2011: 96-102

Melissa JustisiaAviandani, Elly MunadzirohdanMoh. YogiartonoPerbedaan kebocoran tepi tumpatan semen ionomer kaca Jurnal PDGIn61 (3) Hal. 81-87 ©2012

Narlan Sumawinata, Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard Edisi 6, Jakarta 2002

Sari : Kebocoran Mikro Akibat Efek Suhu Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No2. September 2016 : 108-112


Tidak ada komentar:

Posting Komentar